Dilema dalam Untung vs Rugi PLTU Tj. Jati B Jepara?


Pemandangan malam PLTU Tj Jati B (dari pantai sebelah barat PLTU)

Listrik, satu hal yang telah menjadi kebutuhan utama bagi banyak orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, pemerintah secara nasional memfasilitasi ketersediaan listrik yang diselenggarakan oleh PLN. Beberapa usaha yang dilakukan PLN untuk mensuplai kebutuhan listrik nasional, salah satunya adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbahan bakar batu bara (energi fosil). Rekan2 mungkin sangat kenal dengan PLTU Paiton di Jatim, nah PLTU sejenis juga ada di semenanjung muria yaitu PLTU Tanjung Jati B yang katanya termasuk terbesar ke -3 setelah Paiton dan Suralaya.

Bukan kemegahan tekhnologi-nya yang ingin saya bahas di post ini, bukan juga tentang Ikon Kebanggaan bagi negara karena memiliki fasilitas ini (red: karena yang bangun PLTUnya orang jepang.. SUMITOMO Corporation), namun tentang pengaruh dan perubahan lingkungan apa yang terjadi setelah berdirinya PLTU Tj Jati tersebut. Si Untung dan Si Rugi memang pasangan sahabat yang selalu ada jika ada pembangunan sebuah proyek besar.  Apakah kemudian duet maut untung dan rugi dapat memunculkan sebuah dilema atau tidak, saya kembalikan kepada rekan2 untuk menilainya sendiri setelah membaca artikel sederhana ini.

1. Pengantar

Gambaran lokasi PLTU Tj Jati bisa diamati dari gambar google earth diatas. Letak PLTU berada di bagian utara dari semenanjung muria persis berada di pinggir pantai. Sebelah selatan PLTU merupakan kawasan Desa (Pemukiman warga) dan Gng. Muria. Di bagian Barat dan Timur tersebar tambak-tambak tradisional dan sawah milik warga sekitar. Pemukiman warga pesisir juga terdapat sepanjang pantai baik itu ke sebelah barat maupun ke timur PLTU.

Lokasi pantai memang sengaja dipilih untuk memungkinkan efisiensi transport bahan baku PLTU yaitu batu bara. Bongkar muat dilakukan di dermaga yang berada kurang lebih 3-4 km dari bibir pantai dan secara langsung terhubungkan dengan kawasan PLTU oleh jembatan transport. Pasokan batu bara di pasok langsung via laut oleh kapal-kapal tongkang bermuatan batu bara yang berukuran besar, maka memang diharuskan untuk mencari lokasi pantai dengan kedalaman yang memungkinkan.

PLTU Tanjung Jati B mengoperasikan 4 unit mesin pembangkit dengan total kapasitas terpasang 2.640 MW. (1) Sebelumnya, sejak pertama kali beroperasi PLTU Tj Jati B hanya memiliki 2 unit mesin tapi di tahun 2011 dan awal tahun 2012 kemarin telah diresmikan 2 unit baru. Sepertinya PLTU ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah, sebagai bukti: untuk unit 3 yang meresmikannya adalah Presiden SBY dan unit 4 diresmikan oleh menteri ESDM.

2. UNTUNG ada PLTU??

Pertanyaan krusial jika ada proyek besar di sekitar anda. Kalo dijawab UNTUNG ya di jawab menguntungkan. Pertama kali dan paling utama pastinya kebutuhan listrik bisa teratasi. Listrik yang bersumber dari batu bara tentunya menjadi alternatif bagi negeri ini yang kaya batu bara. Tinggal keruk sedalam-dalamnya hutan dan bukit Pulau Tetangga biar dapet banyak batu bara-nya.

Dan keuntungan lain haruslah didahulukan bagi masyarakat sekitar kawasan, karena sebagai tuan rumah yang sudah menyediakan daerahnya, maka memang wajar tenaga kerja non-teknis bisa terserap dari masyarakat lokal. Selain soal pekerjaan, dana sosial industri pastinya bisa mengalir deras bagi warga, bolehlah dalam bentuk barang atau yang lain, terutamanya nelayan sekitar yang sangat bergantung hidup dari kestabilan lingkungan.

3. RUGI ada PLTU??

Jika ada UNTUNG pasti ada sahabatnya yang bernama RUGI, nah penilaiannya bisa berasal dari mana saja, seperti beberapa pernyataan dari warga lokal yang mengeluh adanya kerugian dengan berdirinya PLTU: (red: sudah ditranslate ke bahasa indo dari sebelumnya jagongan pake bahasa jawa)

Awal berdiri mas, banyak tenaga kerja yang di ambil dari warga sekitar, tapi sekarang udah mulai turun jumlahnya, katanya mau dibangun 2 cerobong baru, tapi pekerjanya dari mana? banyak yang dari luar daerah.
saya coba komparasi dengan ini (2)
data lain dengan nada yang sama ada disini (3)

Bantuan sosial dulu pernah ada mas, yah lumayanlah dapet sembako gratis, kalo ga salah 3 bulan sekali, tapi aneh mas, sekarang PLTUnya tambah gede, tapi bantuannya malah berkurang jadi 1x dalam setahun, jangan2 tahun depan ga dapet deh.

Ternyata Duo Maut, si UNTUNG ga bisa lepas dari RUGI yah, tetap jadi sahaba setia. Jika saya paparkan semua tentang beberapa keluhan warga dari hasil jagongan saya dengan warga, mungkin akan bertambah panjang artikel ini, jadi segitu aja yah contoh-nya. Saya ingin membahas pengaruh/dampak yang lain yang awalnya juga bersumber dari warga, terutama nelayan yang seperti disebutkan diatas, mata pencahariannya sangat bergantung sekali dari kestabilan lingkungan.

Pengamatan Dampak Lingkungan

tampak cerobong PLTU dengan latar belakang Gng. Muria

Pertama kali tentang pengaruh lingkungan dapat dengan mudah untuk kita amati menggunakan mata telanjang dan mudah juga bagi kita untuk berasumsi, yaitu dampak lingkungan udara. Debu hasil pembakaran batu bara memang sempat menjadi keluhan utama masyarakat (baca lebih detil lagi disini 3) namun perkembangan tekhnologi ternyata bisa mengatasinya, adalah jika optimalnya fungsi alat penangkap kabut atau mist eliminator yang dipasang oleh pihak pengelola. Bisa saja memang, sedikit teratasi, akan tetapi tahun 2011 kemarin masyarakat rame2 mengeluhkan polusi debu, lagi? (4). Memang wajar yang namanya tekhnologi harus ada masa kadaluarsa-nya kan.

Namun, sepertinya untuk masalah debu/polusi udara ini telah dan akan mendapat perhatian lebih dari pihak pengelola PLTU (jadi bisa sedikit bernafas lega nih). Mendapat perhatian karena yang paling mudah dilihat oleh banyak orang, biar tidak banyak yang berasumsi dan curiga. Tapi bagaimana  dengan yang tidak bisa dilihat, dan bagaimana dengan dampak yang punya rentang waktu lama baru terjadi masalah/perubahan.

Dalam ekosistem, perubahan satu sistem akan berdampak pada sistem-sistem yang lain, seperti itulah yang dikatakan dalam ilmu ekologi. Jadi, adanya kehadiran bangunan PLTU dalam sebuah sistem ekosistem pesisir utara semenanjung muria ini pastinya membawa dampak. Hanya saja dampak yang satu ini tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang, atau pun pengamatan sekali jalan. Harus ada penelitian lebih lanjut dan berulang-ulang dengan metode yang lebih juga, untuk mengungkap ada atau tidaknya dampak terhadap ekosistem.

Namun coba saya sampaikan beberapa info yang mungkin bisa jadi acuan. Tidak dari kegiatan monitoring dan penelitian mendalam, namun hanya kesimpulan dari asumsi setelah berkunjung ke lapangan. Sumber saya dari sini:
jagongan dengan nelayan lokal, beliau termasuk yang paling vokal mengeluh tentang dampak lingkungan dari PLTU-udah ditranslate

-itu lho mas, dermaganya. Kalau malam kaya gini ya keliatan bagus, banyak lampunya, tapi pembangunan-nya dulu ya ngeruk laut. Jadi lautnya di keruk biar tambah dalem, biar kapal2 tongkangnya bisa masuk.!! laut owk di keruk?! heran aku?!
-Ngerti ga mas, pipa yang dipake untuk nyedot air, kui gedene yo serumah ini (kira2 3-4 m), lha di pasangi jaring yang gede juga biar ga ada sampah atau yang lain masuk. tapi ikan2 yo tetap masuk tho mas, ikan kecil2 terutama. Makanya nelayan disini pada ngeluh hasil tangkapannya turun, lha ikannya kesedot semua!!
Korelasi pernyataan diatas bisa dibaca disini (5)
Dokumentasi dari sumber bisa dilihat dibawah ini:

ikan2 mati yang tersedot oleh pipa inlet untuk air pendingin PLTU

Laut yang dikeruk. Kalo rekan2 membayangkan, hasil kerukan-nya apa ya? Kemungkinan-nya adalah pasir, batu, lumpur dan karang. Karang, termasuk salah satu bagian elementer dalam ekosistem pesisir, perannya selain sebagai tempat hidup ikan, juga berperan sebagai pemecah ombak. Nah, apa kabar kondisi ekosistem karang di sekitar PLTU? Untuk mengetahuinya perlu dan harus di lakukan monitoring karang, tapi saya coba menggambarkannya dengan parameter yang lain.

Tangkapan Ikan nelayan sekitar menurun. Pastinya, bukan tanpa sebab,  dan kemungkinan penyebabnya adalah rusaknya terumbu karang. Bayangkan bagaimana ikan-ikan bisa hidup kalau rumahnya sudah hancur. Parameter lain, yaitu adanya sisa-sisa cangkang hewan laut yang bertumpuk di sepanjang pantai bagian barat PLTU. Pastinya, hal ini juga bukan tanpa sebab, tekanan abrasi karena hilangnya karang sebagai penghalang/barier pertama pesisir dari terjangan ombak, mengangkat sisa-sisa cangkang hewan laut tersebut hingga ke pantai.

sisa-sisa cangkang hewan laut terlihat di sepanjang pantai sebelah barat PLTU

Secara berimajinasi, mari kita membayangkan bagaimana kondisi ekologis lingkungan di sana? Pengerukan laut berimbas pada rusaknya ekosistem karang, kemudian berdampak pada hasil tangkapan ikan nelayan. Itu baru satu sebab, pengerukan. Pastinya ada penyebab lain, bisa saja limbah dari PLTU, atau kerusakan lingkungan lain juga berperan. Sekali lagi, untuk bisa menjawab ini semua, perlu dan harus dilakukan kajian lingkungan yang benar. Dan tidak asal-asal-an. (6)

4. Penutup

Duet maut UNTUNG n RUGI dalam proyek pembangunan memang mau tidak mau harus ada sebagai pelengkap. Selanjutnya, memilih bobot kepentinganlah yang sulit untuk dilakukan, dengan UNTUNG yang besar namun membawa RUGI yang kecil kadang sering dipilih. Sebuah dilema dalam proses pembangunan yang terbilang unik di negeri yang kaya akan potensi sumber energi ini.

Bagaimana tentang sumber energi alternatif dari alam yang lebih sustainable, bukankah konsep ini sudah sangat banyak di pelajari oleh putra-putri kita? Bagaimana dengan konsep suistainable energy dan energi ramah lingkungan, bukankah sudah banyak contoh keberhasilan pengembangannya?

catatan penulis:
tulisan ini bukan bermaksud mengkritik apapun, hanya sekedar berbagi info dan ungkapan keresahan diri dari pengalaman yang didapat 

referensi:
1. http://www.aklindo.org/berita-125-menteri-esdm-resmikan-pltu-tanjung-jati-b-unit-4.html
2.http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/07/11/90643/Warga-Sweeping-Karyawan-PT-KPJB-PLTU
3.http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=158429
4.
http://www.suaraberita.com/read/nasional/2011/8/12/pemkab-desak-percepatan-perbaikan-pltu-tanjung-jati-b
5.http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=495025
6.http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/04/13/51877


About jojkalien

ingin tempatkan beberapa idealis untuk kelestarian alam View all posts by jojkalien

3 responses to “Dilema dalam Untung vs Rugi PLTU Tj. Jati B Jepara?

Leave a reply to ria purnamadewi (@raratjakra) Cancel reply